mardi 17 août 2010

Cerpen Madam Tralala-Tralili “Tetangga baru Hana di rumah nomor lima belas itu benar-benar menyeramkan! Seorang wanita paruh baya yang suka marah-marah sendiri tanpa sebab! Bahkan, dia itu udah kecanduan daging manusia, sehari nggak makan daging manusia dia bisa pusing! Wah, benar-benar menyeramkan, deh!” cerita Doni menakut-nakuti Tina dan Slivi. Tina dan Silvi saling berpelukan erat mendengar cerita itu. Doni dan Adam makin bersemangat ngerjain mereka. “Kalian ngomongin tetanggaku, ya?!” Hana melotot garang kearah Doni dan Adam begitu ia sampai. “Iya, Han! Siapa tuh, namanya, Madam…,” Adam mengingat-ingat. “Yang benar Madam Scarlett. Beliau itu orang Belanda. Dulu, kakeknya salah satu kolonial Belanda yang menangkap rakyat-rakyat Indonesia,” jawab Hana sambil mengudap makanan ringan. “Tuh, kan! Pasti dia itu serem, deh!” Tina sepertinya udah terpengaruh sama omongan Doni dan Adam. “Siapa bilang? Eh, jangan suka ngegosip! Hari gini, cowok masih ngegosip? Apa kata dunia? Kenapa nggak sekalian aja kamu pake rok dan ikut arisan sama emak-emak? Hahaha!” Hana tertawa terbahak-bahak. “Bukan gosip, Han! Tapi ini tuh, kenyataan! Iiih, kalau kita nggak bergerak cepat, kamu bisa-bisa menjadi kambingnya yang pura-pura disayang tapi mau dimakan, Han!” kata Doni serius. Hana ketawa ngikik. “Jangan suuzon kamu sama orang!” Hana makin kencang ketawa. “Ih, Kak! Ada-ada aja, deh, Kak, temanku itu! masa Tante Scarlett dibilang kanibal coba, suka makan daging manusia!” cerita Hana malam harinya pada kakaknya, Hani. “Trus, kamu percaya, Han?” tanya Hani . “Ya enggak lah! Zaman sekarang kan, zaman modern, Kak! Bukan lagi zamannya percaya sama yang begituan!” cetus Hana. “Zaman modern sih, modern! Tapi kan, nggak menutup semua kemungkinan, kan, termasuk kalau Tante Scarlett itu kanibal?” tukas kakaknya. “Eh, aku nggak kepikiran sampai ke situ, lho!” Hana baru sadar. “Nah lho? Baru kepikiran, kan?!” Hani mengerlingkan matanya jenaka. “He-eh…,” Hana sekarang berpikir. Kemudian, Hana berbalik menuju kamarnya sendiri. Otaknya terus dan terus berputar. Perkataan si Kakak mengiang di kepalanya. Bener juga sih. Meskipun udah zaman modern, tapi tetap aja masih banyak ilmu hitam di muka Bumi ini. Ia mengempaskan badan ke ranjangnya yang empuk, kemudian memeluk boneka babi pink-nya. Hmm, jadi sekarang, bagaimana sebaiknya? Tapi sebelum Hana menemukan jawabannya, handphone Hana berbunyi dering yang keras dan centil. Dari Doni. “Halo, assalamu’alaikum,” sapa Hana. “Wa’alaikum salam, Han, eh, tau nggak, katanya Adam, tadi dia ngeliat tetanggamu, si Tante Scarlett-scarry itu bawa-bawa bungkusan gede. Adam curiga, jangan-jangan isi tuh bungkusan mayat, lagi!” dengan lancarnya Doni bercerita di ujung sana. “Ah, masa sih?” Hana mulai agak terusik hatinya mendengar kata “mayat”. “Ih, mendingan kamu periksa, deh! Please, Han, sana, liatin dong!” Doni jadi dongkol bercerita dengan Hana. “Nggak ah! Malem ini kan, malem Jum’at!” tolak Hana. “Ya udah. Kamu tungguin di teras rumahmu, ya. Aku dan Adam mau kesana, mau nyelidikin tuh manusia kanibal!” seru Doni. “Eh, Don, tadi waktu kutanya kakakku, katanya, meskipun sekarang zaman modern, tapi ilmu hitam yang gunain mantra-mantra kayak Tante Scalett itu masih ada, lho!” cerita Hana. “Tadi nggak percaya! Udah deh, Han! Sana, tungguin di teras rumahmu, aku dan Adam mau kesana, jam delapan, ya!” kata Doni sambil menutup telpon. Hana menggerutu sendiri, kemudian ia memakai jaket dan pergi ke teras rumah-nya, duduk dan menunggu Doni dan Adam datang. Beberapa saat kemudian, pukul delapan tepat… “Hana…!! Assalamu’alaikum!” seru dua orang cowok yang menaiki sepeda sambil melambai-lambaikan tangannya. “Eh, Dam, Don!” Hana cepat-cepat membuka pintu gerbang rumahnya itu. “Rumahnya Tante Scarlett serem banget!” kata Adam sambil celingak-celinguk meneliti rumah Tante Scarlett yang besar dan bercat coklat. Hanya ada satu lampu yang menyala di ruangan itu, yaitu lampu di kamar dekat jendela. “Kamu nih, ada-ada aja nuduh orang! Mana mungkin Tante Scarlett bawa-bawa mayat ke rumahnya?!” Hana menyentil telinga Adam. “Ih, nggak percaya, nih! Ayo kita buktiin! Kita masuk kedalam rumahnya Tante Scarlett!” Doni mulai takabur. “Nggak mau ah! Udah setres kamu? Aku sih, masih sayang nyawa, ya!” Hana betul-betul ragu. “Jadi ceritanya kamu takut, nih?” Adam tersenyum menantang. Hana menghela napas panjang. Kini ia terdesak mesti mengangguk dan menjawab “ya”. Terpaksa, sih. Daripada setiap malam ia nggak bisa tidur gara-gara mikirin Tante Scarlett. “Oke, aku ikut.” Akhirnya Hana menjawab dengan perlahan. Tapi kini ia mulai deg-degan sendiri. “Jangan takut, Han! Nanti kamu di tengah, kan kamu cewek sendiri!” kata Doni menenangkan. Krieeet…! Pintu gerbang rumah Tante Scarlett yang luas itu mulai terbuka. Adam yang membukanya. Dan di dalam rumah yang besar itu, ketika mereka masuk, anjing Tante Scarlett, Bruto, menyalak-nyalak. Tapi begitu mendengar suara teriakan si majikan dari lantai atas, Bruto berhenti menyalak dan mulai tenang. “Don, Dam, ada yang ngintip kita dari atas!” bisik Hana, jantungnya berdetak tak keruan. Doni mendongak. Benar aja, ada setengah raut wajah yang terlihat dibalik tirai dari kamar atas. Lampu kamar itu menyala, dan mata dari raut wajah itu merah menyala, serem… “Bersiap-siaplah, kita masuk!” Adam mengetuk pintu. “Bismillah hirrahmanir rahim…,” gumam Hana. Anehnya, pintu rumah itu terbuka sendiri. Di dalam rumah itu SAMA SEKALI nggak ada tanda-tanda kalau pernghuninya pemakan dagin manusia atau apalah itu. Rumahnya apik, meskipun menyeramkan dan semua perabot serba berwarna coklat. Tapi, begitu Doni melihat ke meja makan, ia langsung muntah. “Uweeeek…!!” Doni mengeluarkan cairan menjijikan dan suara gemuruh yang menyeramkan. Spontan Adam dan Hana menghampiri Doni yang kini bertumpu pada kedua lututnya. “Kenapa, Don?” tanya Hana cemas. “Itu…,” Doni tak mampu berucap apa-apa. Adam dan Hana juga ikut melongok ke meja makan. Ternyata yang membuat Doni muntah itu…Di mangkuk ada sup belatung dan kuah darah, serta di piring ada kepala tikus bakar! Uweeek…! Ih, jijik! Hana mundur selangkah menjauhi meja makan. Nggak sopan muntah di rumah orang lain, menurutnya. “A…ayo ki…kita periksa ruangan lain!” ajak Hana yang nggak mau muntah. Kemudian, mereka bertiga masuk kedalam sebuah kamar. Di kamar itu, setelah dinyalakan lampunya, ih, serem banget! Ada sebuah ranjang keras sekeras kayu dengan seprai, sarung bantal-guling serba hitam dengan gambar tengkorak yang disilang tulang dengan mata merah menyala. Bahkan, semua furniture di kamar itu berhiaskan tengko-rak. Hiyyy…! Membuat bulu kuduk semua orang biasa yang melihatnya berdiri dan menjerit lalu lari tunggang langgang. “Han…, Don…, ayo keluar…Bulu kudukku udah nggak mau diajak kompromi, nih!” kini Adam mulai ketakutan. Tengkorak adalah benda yang paling ampuh untuk menakut-nakutinya. “Nah lho, mulai ketakutan, kan?! Makanya jangan takabur jadi orang!” nasehat Hana puas melihat kesusahan dan ketakutan Adam. “Iya, deh, Bu Guru…! Tapi, kita pergi, dong, dari kamar ini!” Adam meremas kaos Doni. “Oke!” sahut Hana dan Doni menyanggupi. Mereka bertiga keluar dari kamar yang scarry itu. Kemudian mereka kembali berjingkat-jingkat mengendap-endap menaiki tangga yang udah reyot dan berbolong itu. Ih, Tante Scarlett, punya rumah guedde, tapi kok, nggak diurusin ya? Sayang-sayang banget deh… Dan ketika mereka sampai diatas, suasananya lebih nggak enak lagi. Kali ini, nuansa kedukun-dukunan mulai terasa dan merasuki jiwa mereka. Ada sebuah meja berdebu yang atasnya menonjol dan ditutupi kain biru pekat yang berdebu juga. Hmm, kira-kira isinya apa, ya…? Ikuti terus petualangannya! “Eh, gelap nih!” gerutu Adam. “Tenang, aku bawa senter.” Hana menyalakan senter yang tadi dibawanya. “Meja apaan, tuh?” Doni mendekati meja itu. “Bendanya pasti bulat!” kata Hana setelah meraba-raba kainnya. “Coba buka, Don!” seru Adam menyuruh. “Kok aku, sih?!” “Udah deh, ah! Kalian ini kan, cowok, masa ngebuka kain ini aja takut! Biar aku yang buka!” Hana maju selangkah mendekati meja itu. Kemudian, ia menarik kainnya, dan ternyata, sebuah bola bening dari kaca. “Lho, ini kan, bola yang sering ada di film-film itu, kan?” Adam terperanjat. “Nah, ketauan sekarang, kamu pasti suka nonton film yang aneh-aneh, ya!” Hana iseng. “Kayak bola yang buat ngeramal itu, kan?” Doni menambahkan. Triiing…!!! Tiba-tiba bola itu menyala, bersinar seperti sambaran kilat, kemudian tampaklah wajah seorang wanita gendut bertampang galak dan menyeramkan, alisnya melengkung marah, matanya merah, hidungnya runcing, rambutnya bob dan menggembung. Jangan-jangan, dia itu… “Tante Scarlett?!” Hana, Doni, dan Adam terpekik. “Kalian sudah berani masuk ke rumahku tanpa izin, ya! lihat saja, kutukanku akan segera menimpa kalian! Kalian akan kusihir menjadi lutung nanti malam! Lutung, tetapi bisa bertelur!!” Mata Tante Scarlett melotot. “Ampuuun…, Tante, eh, Madam Scarlett!” Doni dan Adam berlutut pada bola itu. “Akh, daripada jadi lutung, mendingan aku…KABUUUR…!!!” Hana berlari meninggalkan Doni dan Adam. “Eh, Hana! Tunggu kami!” jerit mereka berdua. Tapi, Doni dan Adam sudah terpojok. Ditambah lagi ada angin kencang berembus, lalu datanglah seorang wanita seperti yang ada di bola kristal tadi. Ia melotot sambil tertawa keras bak nenek sihir. “Hahaha…!” tawanya kencang. “Aaaa!” jerit Doni dan Adam. Mereka saling berpelukan. Bahkan, mereka sampai, pipis di celana saking takutnya! Kini Hana sudah tak bisa lagi menahan tawanya. “Hahaha…!!” tawa Hana, kemudian naik ke atas lagi. Disebelahya ada Tante Scarlett dengan senyuman yang lebar. “Eh, lho, Hana kok, enggak kabur?” Doni bingung. “Dasar kalian! Hahaha…! Emang enak dikerjain? Kalian tuh, cuman aku kerjain, tau!” Hana tertawa makin kencang. “Hah? Terus, gimana yang tikus bakar dan sup belatung itu?” Adam terheran-heran. “Cuma lilin,” kata Tante Scarlett sambil merangkul mereka. “Lalu, angin yang tadi berembus kencang, furniture berhias tengkorak, lalu bola kristal yang bisa menyala?” Doni makin bingung. “Ada trik-nya, dong! Itu semua alat-alat yang digunakan untuk membuat film horor. Tante Scarlett kan, punya adik sutradara film! Iya kan, Tante?” jelas Hana sambil menengok Tante Scarlett. “Terus, kantong yang gede itu? Bukan mayat?” tanya Adam. “Itu kantong berisi alat-alat ini! Alat-alat untuk mengerjai kalian!” Tante Scarlett cekikikan. “Ja…jadi…Tante Scarlett itu…, bukan Madam Scarlett atau manusia kanibal?” Doni dan Adam saling berpandangan. “Hah? Madam Scarlett? Madam Tralala-Tralili, kaleee…!!!” Hana kini sampai memukul-mukul meja saking gelinya. Doni dan Adam malu, karna mereka udah ngarang cerita yang enggak-enggak tentang Tante Scarlett. Padahal, Tante Scarlett wanita yang keibuan dan baik hati pada anak-anak. Nah, ada pelajarannya juga, nih! Kalian yang lagi baca ini, jangan lupa tentang pelajarannya, yaitu… JANGAN MENUDUH SEBELUM MELIHAT BUKTI !!!