dimanche 26 avril 2015

Begin Again

Setelah sekian lama ke-pending, akhirnya barusan gue nonton Begin Again juga. Tahulah, filmnya Keira Knightley dan Mark Ruffalo. It started slow for me, but it did move. In fact, it's moving and poignant in its own way.

Kontradiktif dengan judulnya, gue justru merasa Begin Again adalah film tentang... suatu akhir. It made me wonder then, judul "Begin Again" terlahir karena "beginning" dan "ending" itu sudah satu paket. Just like birth and mort. Day and night. Yin and yang. They're different, but they complete the package. They are the package.

I came to a thought that maybe, semua hal di dunia ini memang punya pasangannya sendiri-sendiri. Black for every white and vice versa. Bisa bayangkan betapa chaotic dunia ini seandainya semua orang baik atau sebaliknya, semua orang berprofesi sebagai penjahat. White is bright. Black is gloomy. Grey is the most boring shade, but that's what happens when you mix black and white. Everyone has this shade. I suppose so.

Ada bagian yang membuat gue tercenung cukup lama, waktu Gretta pergi sebelum Dave menyelesaikan lagunya. That's when I knew it ended. Blackout. Fini. Benang merah itu putus.

Terkadang suatu akhir terjadi tanpa salam perpisahan. Seringnya, malah, "goodbye" dan "see you again" hanyalah pengesahan, bukti keabsahan berakhirnya suatu hubungan. Seperti "THE END" di kebanyakan film Disney.

You know it ends when someone who used to mean the world to you becomes a stranger. Ketika kalian mengenal cuma sebatas "hai" dan "apa kabar". Ketika lo melihat mereka punya kode mata yang nggak lo pahami dan bicara dengan diksi yang bikin lo mengernyit.

Perlahan lo merasakan keterasingan. Perlahan lo merasa sepi walau nggak sendiri. Perlahan lo menjauh tanpa diminta. Because you're feeling like a misfit.

That's when things end.

Things change. So does time. So do people. Itu kodrat. Itu aturannya. Itu ketetapan semesta. Dan kita nggak bisa mengubah perubahan itu. Atau melarikan diri.

Gue ingat, di suatu masa, di dalam sebuah bait, gue menulis kalau it is death, when you whisper someone's name for the last time. Tapi ada beberapa hal yang lebih kekal dari kematian dan ada hal lain yang lebih fana dari kehidupan.

Memories belong to the first group. They might pack their suitcase and leave. They might as well change their number and find another home. Tapi lo tetap bisa mendengar suara mereka di antara lagu-lagu jadul yang diputar di Prambors karena mereka sering mendendangkannya. Lo tetap bisa melihat tawa mereka sewaktu lo melontarkan guyonan jayus yang sama. Lo bisa mengendus aroma hot macchiato atau asap rokok atau parfum cemara dan merasakan eksistensi mereka. These things live forever and become a part of you.

And that's when things begin again.

Ketika lo menerima segala sesuatunya dengan ikhlas. Ketika lo udah nggak sok tegar-tegarin diri dan berhenti hidup dalam denial. Ketika lo membiarkan diri lo menangis sepuasnya dan tertawa selepasnya. Ketika lo akhirnya... melepaskan.

It's contrary  again, huh? Segala sesuatu justru benar-benar dimulai ketika lo benar-benar melepaskan. Beginilah cara main semesta.

Oke, gue mulai menye-menye. Tapi yah memang perasaan itu yang ditinggalkan film Begin Again. I've had enough with running away from my feelings. I'm trying my best to feel. I'm trying my best to let go.

I find the pattern now. How the cycle goes.

Hidup... memang dimulai dengan suatu akhir dan ditamati oleh awal yang lain.