mardi 9 février 2016

Satu Semester di [(HI) (FISIP) (UI)]

Those who can, survive.
Those who can't, suffer.

Kebanyakan dari mereka yang melihat gue sebatas dari outer layer, mengasumsikan Echa sebagai sosok independen yang keputusannya unshakable. Well, andai mereka tahu seberapa panjang perjalanan (dan banyaknya poin-poin pertimbangan) sebelum gue memutuskan sesuatu, bakal tahu gue--barangkali--adalah orang ter-indecisive yang pernah ada. When it came to deciding which university, which faculty to go for my higher education, I took six whole months to fix my choice. Bukannya apa-apa, bo, kalo nentuin baju yang gue pake sehari-hari aja gue udah susah (atau mendingan naik Gojek atau bus kota, contoh lainnya), apalagi milih jurusan yang bakal sangat berpengaruh di masa depan (dan, kata senior gue, turut menentukan kita nikah sama siapa)?

Orangtua gue, dengan segala diktat mereka, ikut menyarankan jurusan gue. Bokap kepingin gue masuk Hukum, prodi beliau, sekaligus mewujudkan cita-cita nggak kesampean beliau ngampus di FHUI. Tapi gue tahu masuk FH won't do me any good, because I simply suck at making decision, let alone verdict for other people. I'm too aware of the consequences other people may weigh because of me. Nyokap, sebaliknya, menyarankan gue masuk Akuntansi, melupakan fakta bahwa gue ceroboh dan sering kehilangan barang. Dan, yes, nyokap gue juga lulusan Akuntansi, jadi gue mendeteksi adanya ambisi pribadi. In the end, I eliminated their choices, karena di sekolah gue ada pemetaan SNMPTN, dan dua teman gue yang rankingnya lebih tinggi udah milih dua prodi itu.

(YES) (PADAHAL NGELES)

Gue sendiri punya tiga bidang ilmu I was really fond of: psikologi, sastra, dan HI. Kenapa? Karena yea, gue simply mikir masa depan yang gue inginkan nggak jauh-jauh dari ketiga jurusan itu. Gue kepingin jadi psikolog, penulis/penerjemah, atau diplomat. Dan kebetulan, tiga jurusan itu belum "di-tag" teman gue yang lain. Setelah gue udah hampir hilang akal, gue pun salat istikharah. Lalu suatu saat, gue bermimpi...

(ENG, ING, ENG)

Nggak, sih. Mimpinya nggak dramatis. Gue mimpi dikasih tote bag dengan makara hijau oleh seorang perempuan yang kayaknya dosen, tapi gue ngejar beliau dan minta tukar tote bag-nya dengan yang makaranya jingga. FYI, di UI, setiap fakultas punya makara masing-masing yang beda warna. Makara hijau itu punyanya FK, jurusan yang pasti gue pilih seandainya gue jurusan IPA (I almost stumbled there). Makara jingga adalah FISIP, rumah yang menaungi HI. Gue jadi lebih yakin, dan tanggal 13 Februari (atau Maret, ya? Gue lupa), satu hari sebelum SNMPTN ditutup, gue milih HI UI di pilihan pertama, dan Sastra Inggris UI di pilihan kedua. Ortu gue sangat menentang gue memilih Psiko, because once my cousin went there, and it didn't go well.

And, you know, time flies. Tahu-tahu, gue melewati UN (jangan tanya NEM-nya berapa, ya). Tahu-tahu, gue udah wisuda SMA. Tahu-tahu, gue udah ikut intensif SBMPTN di BTA. (Gue yakin banyak kejadian seru yang gue tulis selama gue naik bus ke BTA.) Tahu-tahu, udah tanggal 9 Mei pukul lima sore. Hasil SNMPTN diumumkan.

Nggak. Gue nggak punya screen capture hasil SNMPTN untuk dibagikan. Tapi, ya, hasilnya, alhamdulillah gue diterima di jurusan HI UI. Seneng nggak? Seneng, dong! Rasanya, kayak beban gue keangkat semua. Rasanya... rasanya... kayak gue udah nggak usah berjuang lagi.

If only I had known better.

(But, technically, I was right after all. Gue nggak usah berjuang lagi sampai masuk kuliah.)

Dari menjadi penumpang tetap bus 614, gue beralih status jadi pengunjung setia SMA gue. Ngurusin berkas legalisasi, blahblahblah. Gue bolak-balik soalnya birokrasinya ribet dan ada beberapa human error, tapi akhirnya I made it! Tanggal 5 Juni, gue verifikasi. Gue nggak mau cerita because it's a long story. Bayangin aja sih, ribuan camaba yang diterima SNMPTN dari DKI Jakarta, ditumplekin dalam satu hari buat verifikasi. Tapi lumayan cepat sih. Gue nyampe sana pukul enam pagi, dan urusan gue selesai pukul 1 siang lengkap dengan segala drama dan atletiknya. The real deal itu pasca-verifikasi, tanggal 9 Juni. Gue lupa itu dari Jakarta lagi, atau semua camaba hasil SNMPTN (which is 4000 orang) Sementara teman-teman gue berjuang di SBMPTN, gue berjuang antre dari pukul 6 pagi sampai 8 malam, buat ngurus KTM, ngukur jaket, mendengarkan informasi soal OBM (Orientasi Belajar Mahasiswa), OKK (Orientasi Kegiatan Kampus), juga penyambutan maba tingkat fakultas dan jurusan. Gue kembali ke rumah membawa setumpuk berkas tanggalan dan buku panduan yang nggak pernah gue baca.

Okay, semuanya sudah terlewati. Gue lanjut OBM. Apa itu OBM? Err, semacam simulasi belajar kita di kampus, sih. Mahasiswanya dicampur, dosennya juga nggak nentu dari fakultas mana, dan lo juga belum tentu dapet kelas di fakultas lo. Gue dapet di FMIPA dan F. Psiko. OBM itu the only time you get to know people from other faculties, so make the experience count. (Karena link di OBM berguna untuk kelanjutan OKK.) Ngapain aja di OBM? Ya gitu. Lo belajar ngisi borang (yaitu bahasa Indonesia baku dari form) hasil diskusi yang bakal lo gunain di kelas MPK, terus ada simulasi PBL atau problem based learning, semacam diskusi dari masalah di sekitar kita sehari-hari. Yang seru itu kelas LS atau learning skill, kita belajar lewat games, dan yang ngajar pun senior dari masing-masing fakultas kelas lo berada (gue dapet Psiko). Di OBM, gue dikasih dua buah buku panduan. Lama OBM itu empat hari, dan walau gue ngerasa kelasnya random, gue sekarang merasa kehilangan dan kangen ketika beban terbesar gue adalah nentuin urutan barang yang harus lo bawa kalau tersesat di luar angkasa.

My OBM class and I, on our last day. This is not a goodbye, this is a see you again!


Kelar OBM, lanjut OKK. Jadi, supposedly ini tuh orientasi tingkat universitas. Kita dikasih tugas, kalau nggak salah ada enam macam, individu dan kelompok. Nyari kelompoknya agak problematik, soalnya harus campur dari tiga kelompok ilmu: Saintek, Soshum, dan RIK (Rumpun Ilmu Kesehatan). Nah, inilah saatnya kita menggunakan networking yang didapat dari OBM. (Tapi ujung-ujungnya kelompok gue harus nge-stalk orang dari FB dan meminang dua orang cowok, sih.) Di hari H OBM, individu maupun kelompok yang karyanya paling baik diumumkan.

Anyway, di hari H OBM (yang dibagi menjadi dua hari dengan kategori Reguler/Paralel), gue disuruh bawa karton kuning, nametag yang template-nya dikasih dan bermartabat (ini serius. For once in my life, gue nggak disuruh bikin nametag bentuk daun atau bunga), dan air mineral satu setengah liter (WARNING: NEXT TIME NGGAK USAH DIBAWA!). Nanti bakal ada senior-senior yang memeriksa kelengkapan atribut kita. Terus, ada cerita lucu gini....

Waktu gue diperiksa di depan Balairung, senior yang bertugas adalah cowok (yes, like every story, it starts with a guy). Dia nanyain gue dengan suara rendah, "Bawa gunting, penggaris, parfum?" And I was too in tune with my surroundings, all the hectics, that I blurted out, "Non." Trus dia bales, "Francais?" Gue baru beneran melihat dia, melihat makara putih di jaket kuningnya. Gue berasumsi dia anak Sastra Prancis.
I nodded my oui. Dia lanjut nanya, "Belajar dari mana?"
Gue bilang, "IFI."
"Puis quand?" Sejak kapan, katanya.
Gue gelagapan karena udah lupa tenses. "Errr, deux annes?"
And then he smiled that playful smile and let me go.
Terus gue teringat kejadian itu dan penasaran lagi. Sial.

Akhirnya gue masuk ke Balairung. Duduknya diatur dan sengacak itu. Gue tidak menemukan satu pun peer group gue di sana. Akhirnya gue SKSD dan ngerumpi sama kanan-kiri gue. Untungnya, pembicaranya lumayan menarik. Salah satunya itu Chairil Tanjung. Gue baru tahu doi ternyata alumni FKG UI. Lalu, ada sosok inspiratif yang menyebarkan pesan anti-korupsi lewat media dongeng ke anak-anak kecil. Sisanya... gue lupa.

Hal berkesan lainnya dari OKK itu ya pas angkatan 2015 disuruh bikin makara kuning, makara UI. Lalu kami pulang.

Makara 2015. Coba cari gue di mana.


Lantas, apa itu semua sudah selesai? Ohoho, belum. Jangan cabut dulu. Sini, sini, duduk lagi.

Gue lupa bagaimana urutan rangkaian tepatnya. Yang jelas, gue harus mendatangi latihan paduan suara (lately gue dikasih buku lirik lagu-lagu khas UI) untuk penyambutan MTQ Nasional di UI (yang, untungnya, dikasih makan KFC gratis) juga untuk melepas kelulusan senior 2011 (yang ini konsumsinya McD, tapi gue nggak happy karena nggak menemukan orang yang gue cari [orang yang bikin gue bersumpah bakal masuk UI, dan di saat gue udah masuk, dia malah keluar. Kampret.]). Pelatih paduan suaranya adalah the Mighty Pak Dibyo. Latihannya tujuh kali, dan gue dikasih kartu absen datang dan pulang yang merupakan inovasi terbaru sepanjang sejarah Kamaba UI. Terus, ada juga upacara 17 Agustus di Rotunda (yang panas banget, btw), PCK (Program Cinta Kampus, di mana lo membawa ikan untuk dilepas ke danau UI dan burung untuk dilepas ke hutan UI. Keliling hutannya seru, btw), dan nonton demo UKM. Sayangnya, yang terakhir nggak seseru yang diceritakan senior-senior gue, huhuhu. Kata senior 2013, di tahun dia masuk, waktu demo UKM, ada kuda dari UKM Equastrian masuk Balairung. Terus gue kecewa karena gue suka kuda. Dan yang terakhir adalah Tes Kemampuan Dasar Bahasa Inggris! Wo-ho! Seangkatan dikumpulkan buat ngerjain semacam TOEFL gitu. Dari semua rangkaian Kamaba UI, kami dapat dua puluh kartu absen yang dipakai buat menebus jakun, a.k.a. jaket kuning. Ada beberapa teman gue yang kartunya kurang dan akhirnya dapat jakunnya ditunda tiga bulan. Sedi.

Selesai rangkaian Kamaba tingkat UI, datanglah... eng, ing, eng! PSAK! Pengenalan Sistem Akademik Kampus. Yaitu OSPEK tingkat fakultas, yang namanya beda di setiap fakultas. Budaya dan tugas di setiap fakultas juga beda. Teman gue di FE, misalnya, kedapatan tugas menganyam makara dan dijadikan sampul buku, juga berfoto dengan anak-anak angkatannya di FE, terus dibikin biodata. Teman-teman dari FH dan Psiko harus memakai jakun dalam kurun waktu dan tempat tertentu. Sisanya gue lupa, huehuehue.

Di FISIP, angkatan gue dibagi ke dalam 60 kelompok. Gue masuk kelompok 41 sama Vina (kunjungi blognya ya, vinaitulalat.tumbeler.com), Arya (kalo lo pernah ngeliat cowok mirip Tulus dan mirip paus, itu Arya. Jangan lupa disapa, ya), Ariel (anaknya gampang homesick), Rafi (kepala suku kelompok 41), Ody (calon-calon ui.cantik), Via (kelompok gue selamat dari kelaparan pas hari H PSAK berkat beliau), Rara (anaknya kalem, tapi sekalinya ngomong ricuh sih lucunya), dan BELVA KEBANGGAAN KITA (bikoz Belva caketang, alias calon ketua angkatan). Mentor kami Kak Ezra (mau gue tulis spesialisasinya tapi nanti gue dikira mem-bully lagi) dan Kak Bayu (yang sekarang jadi Waketu HMIK). I need to jottle down these names because I won't (and it's impossible to) forget them. Lucu, seru, asyik, memori pertama gue di FISIP ya sama mereka. Kalau FISIP itu pohon, akar gue ya mereka (asli, gue nggak disogok kok). Tugas-tugas pas PSAK itu... ada kelompok dan individu. Yang individu mostly berupa esai. Yang paling memorable itu bikin Canfis alias Catatan FISIP, baik sampulnya, maupun kontennya, dan foto bareng artis FISIP, juga bikin karya visual tentang masalah di kota Depok. LOL JADI KANGEN. Pardon my melancholy.

Kelompok 41 - Photoshoot for Canfis cover. It's our Paus in the centre.


PSAK FISIP UI berjalan selama empat hari, dan dua hari pertama gue telat, guys. Oke, barangkali gue harus ngasi tau aturan mainnya, walau nggak bakal jadi surprise lagi: jangan coba-coba telat pas OSPEK. Do that now, thank me later. Hukumannya itu beneran bikin pegel, disuruh merentangkan tangan dan kepala nengok ke atas, terus ditanyain sama Tibum (short for Ketertiban Umum, di fakultas lain bisa beda nama) alasan kenapa kita telat. Oh iya. Aturan kedua: jangan coba-coba ketawa. Hari pertama, gue diinterogasi (?) dua senior, terus hari kedua satu aja, tapi dia ingat gue juga telat hari sebelumnya, and that doomed me completely. Di PSAK, ada banyak kegiatannya, di antaranya adalah: perkenalan BEM dan HM, stan-stan UKM dan organisasi, perkenalan sama jajaran dekanat, mentoring keagamaan, latihan solidaritas (?) angkatan yang termasuk di dalamnya pemilihan Ketua Angkatan, talkshow inspiratif (I failed to find another name), perkenalan sama warga FISIP, dan banyak lagi, gue yakin (maafin udah lupa). Hari terakhir PSAK bersamaan dengan hari ambil jakun, terus gue jadi merasa hore gitu.

Setelah orientasi tingkat fakultas, maka muncullah (drumrolls) TKHI! Alias Temu Keluarga Hubungan Internasional. Orientasi di HI UI. (Again, nama resmi orientasi di tiap jurusan itu beda.) Kalau beberapa teman gue beropini orientasi tingkat fakultas mereka lebih melelahkan daripada orientasi tingkat jurusan, gue berpendapat sebaliknya. Tapi, as always, tingkat kesulitan suatu kegiatan berbanding lurus dengan eratnya bonding pelaku kegiatan tersebut.

Jakun baru, foto dulu. :p


Mahasiswa angkatan 2015 di HI UI itu sebanyak 50 orang, belum termasuk exchange students-nya. Kami dipecah ke dalam sepuluh kelompok, dan tema nama kelompok tahun ini adalah peristiwa-peristiwa penting di dunia internasional (tahun lalu penerima Nobel, tahun lalunya lagi kriminalis tingkat internasional), misalnya: Meiji Restoration (inget soalnya ada Amel di situ lol), Kyoto Protocol (kelompok paling bala), Yom Kippur War (ngeksis sis dengan jargonnya "MANA SEMANGATNYA? NIH!"). Me? I got paired up with these freaky kids in Asian African Conference (tuh, gengs, gue stabiloin saking pentingnya kalian buat gue #cih). Kelompok dengan nama paling panjang, sampai-sampai our senior eventually gave up dan ikut menyingkatnya jadi AAC aja. Ada siapa aja di AAC? AHAHAHAHAHA mari kita telusuri profilnya.

AAC pasca Final Day.
LTR: Giffar, Difa, Echa, Grace, Vincent.

A! Ada Vincent dan Difa.
A! Ada Echa dan Giffar.
C! Coba Grecia yang mana?
Haaai, Grecia itu nama dia (yang di tengah).
Oooh! Asian African Conference!
p.s. nyanyinya pake nada jingle Sakatonik ABC ya.

Btw, itu adalah potongan dari salam kelompok kami (AAC kalo nyanyi salam kelompok paling merry-ah). Jadi, di AAC itu ada Vincent si anak artsy. Vincent ini jago akting (lately I knew he played for profitable theatre play), trus jago main piano (anak orkestra dia) to the point dia ngajarin les privat piano dan made a living from that job. Vincent itu nunda setahun gara-gara tahun lalu milih FK semua: FK UI, FK UGM, FK Unpad ahahahaha ngesein emang ni anak (tapi ai laf yu kok Cent). Trus "pelarian"-nya sekarang ke HI UI (makin ngeselin kan) dan nyasar ke kelompok AAC. Fakta unik tentang Incen: tua, panggilannya VW, hopeless romantic, dan pernah mimpi jadi nabi. Status di AAC: the always-ngilang one.

Orang kedua di AAC, sesuai urutan jingle kami, adalah Difa. Jadi Difa ini adalah anak IPA yang ingin membuktikan pada dunia bahwa anak IPA juga bisa masuk dan berprestasi di HI UI. Difa ini LDR-an sama pacarnya yang namanya Jeni, terus kerap kali mengeluh kalau nggak jarak menghalangi romansa mereka #ciat. Difa ini juga anak debat, dan anak HI banget sih kata w. Fakta unik tentang Difa: nggak suka bawang goreng, punya satu lemari penuh dengan koleksi Elmo, dan punya kucing bernama Brunese yang kelakuannya kayak anjing. Status di AAC: the reliable one.

Orang ketiga di AAC adalah... gue. ANJIR KOK GUE. Ya udahlah di-skip. Orang ketiga ngapain diulas, bikin makan ati aja. LAH KOK BAPER. Status (orang ketiga juga punya status) di AAC: IRS tidak bermasalah.

Lanjut. Sekarang kita bertemu Giffar AHAHAHAHAHA orang yang kalo ditanyain fakta unik setiap hunting pasti ganti-ganti saking banyaknya. Giffar ini bangga banget sama root-nya yang orang Bogor. Kalau dia nikah, dia mau di Kebun Raya Bogor. Disaksikan rusa-rusa lucu. Giffar itu sepeka itu (baca: sering salah fokus). Giffar juga senantiasa murah hati membagikan makanannya kepada anak-anak HI (truth be told, gue nggak pernah ketemu orang yang makannya sesedikit doi). Giffar juga berkontribusi paling banyak dalam penciptaan salam kelompok dan salam angkatan. Fakta unik tentang Giffar: nggak suka daging sapi karena nggak enak dikunyah (tapi dia suka daging kambing. BINGUNG NGGAK LO), kalo tidur TV-nya harus dinyalain, pernah digigit tomcat, menurutnya rasa mentimun dan semangka itu mirip, terus bisa terbang saking kurusnya. Status di AAC: the creative one.

Last but not least... Grace! Alias Grecia Anggelita (inget-inget yaw, doi gampang baper kalo orang typo nyebut/nulis namanya). Teman LDR Difa juga dengan pacar bernama Bima. LOVE STORY GRACE ITU UNYU BANGET BENER DEH kayak cerita-cerita FTV. Grace sebangga itu dengan akarnya sebagai orang China. Grace itu paling street-smart, alias banyak akal, karena dia realistis wkwkwk. Grace melengkapi Giffar dengan kreativitasnya, Difa dengan praktikalismenya, Vincent dengan nyeninya, dan gue dengan idealisme gue. Tapi Grace juga jago akting AHAHAHA we'll get to that part later. Fakta unik tentang Grace: ahli babi (tahu beda rasanya babi China dan babi Batak), ahli anjing (punya delapan ekor Shitzu di rumah nyaw), ahli hamster (punya lima kandang), ahli figure doll, dan ahli LDR.

Nah, selain kami berlima, di AAC juga ada Kak Lisa sebagai mentor hore, dan Kak Rizki sebagai mentor akademis yang bantuin kami. Bersama AAC, gue mengarungi bahtera kegiatan TKHI yang akademis. Di TKHI, ada tugas akademis bertingkat yang terdiri dari summary, review, esai dan presentasi kelompok. Gue kelabakan banget sih ngerjainnya wkwkwk #deadliner. Selain ada sesi akademis, ada community service, dan Life After HI juga (kalo yang ini cuplikan lagu angkatan). PDW-nya pun hacep gila. PDW stands for practical diplomacy workshop merangkap MUN (Model United Nations, gue dapet Indonesia wey di debut w). TKHI itu lamanya dua bulan, dan selama itu juga kami ditantang buat "hunting" 120 senior. Pernah suatu minggu AAC kalah hunting, trus kita dihukum bikin video tutorial hijab. Dan tentu aja, as always, nggak seru kalo hukumannya nggak diaib-aibin sama AAC. Tutorial hijab itu pun kami plesetin jadi iklan nonkomersil lima menit situs jilbabe.com. Bikin videonya, kami berlima nginep di apartemen Giffar di Tamel, pas hari ultah Vincent. Tidurnya shift-shift-an AHAHAHA, dan Vincent jadi malaikat penjaga (karena nggak kebagian kasur) yang melindungi kami dari serangga Tamel. That's the most memorable moment with AAC sih:") Ohiya, di TKHI juga kami harus menampilkan salam angkatan, dan Giffar jadi salah satu koordinatornya yay (it doomed AAC karena banyak banget liriknya yang membongkar aib kami)!  Puncak dari TKHI adalah Final Day!


Poster play Gelmab HI 2015
(tema anarkisme)
Selain TKHI, kegiatan mahasiswa baru di HI (dan FISIP) juga bejibun. Di tingkat FISIP sendiri, ada FISIP Premier Games (sebelumnya bernama Olimfis, yaitu kompetisi olahraga), LIMAS (kompetisi akademis), dan Gelmab (kompetisi seni edisi teater). Selain itu, masih ada Pengmas alias Pengabdian Masyarakat. Di tingkat HI, ada Amazing Race dan Potluck. Di Amazing Race itu, gue ngegantiin Grace setim sama Giffar (LAGI), Kak Omar, dan Kak Habil di grup Raz Muhammad. Tema tahun itu musik. ITU SERU BANGET GILA sayangnya diganggu hujan deras yang turun (dan gue setakut itu sama petir, sip). Nah, kalau Potluck itu agenda kesukaan gue, karena dia semacam kabaret, dan kami dibiarin mengeksplor aja gitu kelucuan kami ada di mana (me, gue sangat garing). Nah, pelatih Potluck itu angkatan sebelumnya, dan dalam hal ini, 2014 yang ngelatih kami. FYI, tema Potluck itu nggak boleh diketahuin angkatan lain selain 2014, jadi latihannya beneran kucing-kucingan, mulai dari bank BNI depan Perpusat, Tamfir, sampe Rotunda di tengah hujan malam yang menggigil. I enjoyed that, though.



Poster Potluck 2015: Peyang Mengundang.





AAC berjaya waktu Potluck! Grace dan Giffar menang Best Actress dan Best Actor.
Nah, di samping Kamaba, ofkorz gue juga mengerjakan kewajiban seorang mahasisiwa (yeu), yakni makan, nugas, kurang tidur, nangis, makan lagi belajar. Tahun pertama di UI, matkul kami masih dipaketkan, dan di HI sendiri, gue mengambil 20 SKS. Matkulnya apa aja? MPKT A (no comment, tapi pengetahuan tentang cara mengisi borang dengan benar diuji di sini), MPK Agama (hidup Pak Mujilan! Btw, kemampuan debat gue diuji di kelas ini, karena banyaknya populasi anak Politik), MPK Seni/Olahraga (gue ambil Batik kelas Bu Nani, recommended sih), Pengantar Antropologi (gue sih suka, tapi ujiannya susahnya naujubile), Pengantar Politik, Pengantar Sosiologi (ME LIKEY! WE LOVEY MAS RIKI!), Pengantar Penulisan Ilmiah (sukak juga, gue dibiarkan mengeksplor tema yang dimau dari kacamata ilmiah), dan... jenjengjenjeng.... DHIP. Dinamika Hubungan Internasional Pasca 1945 ini matkul pertama HI (kami baru ambil pengantar di semester dua), isinya sejarah yang mirip sejarah SMA tapi lebih dalam (pelajaran tiga tahun lo dibabat dalam satu pertemuan). Materinya detail dan unpredictable, karena sumbernya buku IR Since 1945 karya Young and Kent yang tebalnya bisa Anda lihat sendiri di Google. Ujiannya PG, dan teman-teman gue dari jurusan lain "memfitnah" ujian kami gampang. Andai mereka tahu rangkuman UAS-nya aja tebalnya 42 halaman dan soal pertamanya adalah, "Kapan Rhodesia berganti nama menjadi Zimbabwe?"

Selain rangkaian Kamaba dengan berbagai tingkatan, gue juga ikut kepanitaan Grafity UI, dan diterima jadi staf ticketing bersama Vinaitulalat. Hal paling memorable dari Grafity adalah waktu hari H, gue dapet tempat operasi di SMA 1 Sejahtera Depok (yang, omong-omong, punya akronim Sesat), mobil gue nyeblos ke lubang got. SEDIH PARAH. Gue jadi kapok nyetir memarkir sejak itu.

And now, we get to the part where I answer the question: "Jadi, kuliah di HI UI gimana, Cha?" Jujur, nggak seperti yang gue bayangkan muahahaha. Dulu, selalu tercetus di benak gue kalo di HI UI ya, lo belajar tata krama jadi diplomat (termasuk di dalamnya table manner dan cara berjalan yang anggun) dan budaya masyarakat asing. Forgive my naivety and DON'T follow me. Di HI UI (atau bahkan di UI sendiri), lo bakalan lebih sering dijejalkan teori daripada praktik, karena--mengutip perkataan salah satu dosen--mahasiswa UI diarahkan menjadi polisiator, bukan eksekutor. Sedangkan soal cross-cultural studies, ternyata itu "jatah"-nya anak Antropologi, bukannya HI. First thing to remember: HI itu pecahan Politik, jadi udah pasti yang dipelajari itu politik dalam scope yang lebih luas. Jangan kaget waktu masuk HI dan dikasih paper analisis post-war disorder atau teori balance vs. bandwagon. TAPI tapi tapi, nanti di HI UI sendiri bakal ada peminatan pada semester lima, yakni Ekopolin (Ekonomi dan Politik Internasional), Pengstrat (Pengkajian Keamanan Strategis), dan Mastrans (Masyarakat Transnasional, peminatan yang paling muda di HI). Sifatnya nggak rigid. I haven't decided and discovered which way to go. I'm still sticking with my dream to work for UNICEF or WWF, though.

Satu semester di HI, rasanya... campur aduk. Dengan segala kegiatan yang datang silih-berganti, selama empat bulan itu gue hampir selalu pulang jam sembilan malam, naik kereta. Nyampe rumah, begadang nugas, baik tugas akademis maupun non-akademis. Kayak zombie sih rasanya:" Bukan Oktober, gue didiagnosis kena infeksi saluran percernaan, yang merupakan penyakit turunan dari mag kronis. Gue sering mendapati diri gue mengintip ke fakultas sebelah dan berandai-andai gue membuat pilihan yang lain. Dikelilingi seni, dikelilingi mereka yang "nyeleneh" tapi mengerti bahwa hidup nggak punya teori atau formula resmi. Dikelilingi mereka yang antusias dengan penulisan populer.

Don't get me wrong. I passed last term just okay, but you know, there's always a space in my heart that keeps screaming, "IT'S NOT RIGHT, YOU FOOL," or, "Stop pretending. It's not what you want. You can't lie to me." And my head will answer it in whisper, "Darling, the world is not a wish-granting factory."

Satu semester dan semester satu di HI UI: babak belur, tapi setidaknya gue survive. Now I'm just gonna cross my fingers for this upcoming term. (Gue masuk mulai besok, dan hari Selasa nggak ada matkul yay!)

Ini catatan hidupku. Bagaimana denganmu?

1 commentaire: