samedi 10 mars 2012

Yuk, Jadi "Ratu Belanja" di Paris

Seandainya seseorang nyebut "Paris," apa yang bakal terbayang di pikiran kita--khususnya para cewek? Sungai Seine yang romantis...  Musée du Louvre yang megah tapi bikin penat.... Mesra-mesraan di puncak Eiffel Tower.... Arc de Triomphe yang artistik.... Belanja-belanja....

Wow, yang terakhir pasti bakal bikin mata semua cewek ngelirik. Yap, sebagai pusat mode (baca: dulunya. Sekarang julukan pusat mode dunia ada di tangan London) dunia. Siapa sih cewek yang nggak suka
ngabis-ngabisin duit belanja? Semuanya pasti suka, dong! But but but, hati-hati kesasar ya, soalnya Paris itu nggak seperti bayangan kita pada umumnya.

Yang perlu diperhatikan, nggak semua tempat di Paris itu ada tokonya. Bahkan kata kakaknya temen yang tinggal di sana, tempat yang bisa diandalkan untuk belanja sekaligus cuci mata, yang seru dan nggak antre paling Champ Élysées atau nggak La Vallée Village. Ada juga mal terkenal di sana, yaitu Lafayette, yang sering ngasih diskon. Tapi katanya sih, di sana, saking banyaknya pengunjung, buat lihat-lihat saja susah. Hmm...

Well, hampir semua orang yang tau Paris, pasti tau Champ Élysées, distrik belanja mahabesar di Paris yang terbentuk dari deretan toko dan kafe mahal di sepanjang jalan selebar 70 meter itu. Toko-toko dengan merek yang bisa bikin kantong menjerit seperti Louis Vuitton dan Bulberry bisa ditemukan dengan mudah di sini. Karena "udah punya nama" dan udah famous di kalangan para fashionista di seluruh dunia, maka apa-apa bisa dibilang mahal di sini. Bayangin aja, untuk toko seluas 100 meter persegi aja, harga sewanya mencapai US$ 1.25 juta per tahun! Konon, untuk tarif parkir di sana saja bisa mencapai tiga atau empat euro (silakan dikali 12 ribu rupiah per satu euro). Ckckck....



Selain Champ Élysées, ada juga satu outdoor shopping arena di Paris, yaitu La Vallée Village. Ehe, jangan terpancing ya, tapi, sama kata "Village"-nya. Memang toko-toko yang berjejer di sini agak bernuansa kedesaan, tapi jangan sampe kamu masuk, ngambil baju, dan pas mau bayar ke kasir, kamu cuma bisa bengong kayak sapi ompong melihat harganya. La Vallée Village itu supermahal, dan semurah-murahnya barang yang udah didiskon, kalo dikurs ke rupiah tetep aja jadinya jutaan. Oya, masih kata kakaknya Refal Adhitama, di La Vallée Village, yang bisa kita lakuin di sana paling cuma cuci mata karena di sana nggak dibolehin foto-foto! Konon sih, itu karena banyak artis yang suka "mejeng" di sana (oke, ini kok kayaknya sepele banget ya -_-).

Nah, nah, gimana? Tertarik untuk jadi "Ratu Belanja" di Paris? :D

Galau Produktif? Kenapa Nggak?

Merasa bete hingga ubun-ubun dipanggang gara-gara ditegur guru, dosen, atau atasan? Atau jengkel karena sifat orangtua yang menyebalkan? Wah, kalo kita udah unmood, bete, dan ujung-ujungnya galau, seisi dunia serasa berkonspirasi to make it worse!

Eit, tapiii… daripada diam mojok di kasur sambil menyesali “kesialan” nasib, mending bangkit dan menyalurkan kegalauan kita menjadi positif! Yap, dan kegiatan menyalurkan kegalauan itulah yang disebut dengan “galau produktif”.

“Hah? Menyalurkan kegalauan jadi hal yang positif?” Mungkin sebagian dari kalian akan mendesiskan demikian. Duh, boro-boro deh melakukan sesuatu yang positif, mau beranjak dari kasur aja kok rasanya mager, ya….

Padahal menurut studi, kegalauan itu menghasilkan energi yang cukup besar pada diri manusia, sama seperti rasa takut dan marah. Kalo kita lihat di film kartun, contohnya, Naruto aja jadi lebih kuat kalau amarahnya tersulut! Dan di hutan di mana hukum rimba berlaku, hewan-hewan buruan cenderung akan mempercepat larinya kalau ketakutan akan diserang musuh! Hal itu juga terjadi pada manusia, lho. Pada suatu kasus, ada seorang nenek yang bisa melumpuhkan dua orang perampok yang berniat membunuh cucunya, lantaran marah melihat si perampok mengacungkan pistol ke kepala cucunya itu.

Lantas, gimana caranya kita menyalurkan kegalauan kita menjadi hal-hal yang positif? Yang pertama-tama sih, kita harus menguatkan tekad dan niat, lalu bangkit dan melakukan apa yang kita mau, apa yang kita suka, apa yang menjadi hobi kita! Bagi yang suka nulis, salurkan kegalauanmu dalam bentuk puisi atau cerpen (asal jangan ngedumel di social network, ya). Bagi yang suka kung fu, salurkan kegalauanmu untuk mengasah kemampuan jurusmu. Bagi yang suka basket atau futsal, anggep aja bola yang kalian drible dan tendang itu kepala orang yang jadi sumber kegalauan kalian! (Tapi mungkin bagi yang suka masak, jangan salurkan kemarahannya dengan memasak, ya, nanti malah bikin sakit perut lagi, hehe).

Sudah cukup banyak lho, publik figur yang jadi supertajir gara-gara menghasilkan karya dari kegalauannya itu. Sebut aja, si penyabet enam piala Grammy Award, Adele, yang menciptakan Someone Like You-nya, si ganteng Justin Timberlake dengan Cry Me A River-nya, dannn penyanyi cantik Taylor Swift yang nulis lagu sampe-sampe kayak nulis diary saking frontalnya. Bagi pecinta Nicholas Sparks, pasti tahu kalau novel A Walk to Remember yang sekarang udah jadi film itu, dibuat untuk mengenang adik Sparks yang meninggal karena kanker tahun 2000 lalu.

Nah, gimana? Udah dapet inspirasi? Yuk, daripada cuma diem di kasur dan nangis tersendat-sendat, mending kita bangkit dan mengikuti jejak para tokoh di atas! Kalau mereka aja bisa, kenapa kita nggak?

dari berbagai sumber.