jeudi 4 septembre 2014

Great things are coming

Hi, guys. Maaf kalo title blog ini terkesan sedikit narsis (atau nggak "sedikit"?). But for me, great things are really coming. I've been spending the last three months keeping out touch of this blog for these beauties (and other beauties as well).

1. Buku baru kedelapan dan kesembilan.
The left one is the 8th. It was called Nathan's Secret actually, tapi karena kebijakan editor (cieh), dipersingkat jadi Bluish #2 aja. Nunggu "kelahiran"-nya selama dua tahun sejak kontrak, so it's really my first baby in two years, since my last solo book in 2012. Ceritanya masih lanjutan dari Bluish #1 yang terbit tahun 2012, kelanjutan petualangan our legendary rockin' Blue Gill, masih berpusat pada kegiatan nge-band Blue bersama Bluish dan aktivitas di asrama Champion yang jauh dari kata "biasa". Yang membedakan dari buku pertama, mungkin konfliknya lebih belibet dan Nathan... well, he transformed a bit from the first book. But I'll bet you love the newer him. Dan buat yang belum beli Bluish #1, don't worry, semua ceritanya (akan ada empat buku di seri Bluish) beda kok walau satu seri. Mungkin kamu bakal butuh adaptasi dengan semua karakter, but one reader told me she could read without any problems. Jadi penasaran malah, sama buku pertamanya.

Jangan lupa dibeli ya guys!


The right one... baru terbit Agustus bulan lalu. Pertama kali ngeliat cover-nya, I was horrendous and beyond speechless, soalnya gap waktu terbit antara beliau (?) dan Bluish #2 cuma selang tiga bulan. And it's my 4th book coming this year, so yeah, call me undeniably fortunate.

The story revolves around Emmeline, atau Emma, atau Em, cewek 14 tahun anak diplomat yang keluarganya terpisah-pisah jauh. Karena suatu masalah, Em depresi dan memutuskan kabur dari rumah dengan tuntunan sebuah jurnal yang isinya teka-teki tantangan mengelilingi beberapa negara. Kalau Em sukses ke tujuan akhir, Em bisa ketemu sama si pembuat jurnal. Em mengubah namanya menjadi Seinee, menyamar menjadi cewek yang nggak tahu apa-apa soal traveling, dan di salah satu destinasi pertama di tantangan jurnal, dia bertemu dengan Kent dan Rae, yang menjadi partner seperjalanannya.

Pertanyaannya: apakah garis finish benar-benar ada... atau hanya eksis dalam harapan seorang Emma?

Baca kisah lengkapnya di Journal of Parisien Girl! ;D

2. Pentas teater.
It's my 7th theatrical performance, the 3rd one for Festival Teater SLTA, walau dari ketujuh-tujuhnya itu, gue cuma main empat kali. Di sini gue berperan jadi seksi properti bersama hunny bunny sweety Tyas, dan kalo mau tau riwehnya jadi tim produksi, bisa scroll down sedikit.


Semua keterangan tentang pementasan bisa dilihat di poster di atas. Ayu ini ceritanya... tentang seorang anak yang ayahnya bisu dan di-bully sama temen-temennya. Sebisa mungkin gue menjadi objektif di sini, menurut gue it's a show worth watching.

Kalo ada yang mau beli tiket, bisa hubungi gue juga di ID Line Eshawn atau via BBM 7DCEBC48.

C u there! :D

lundi 1 septembre 2014

Agustus, Oh Agustus

Agustus adalah bulan dari banyak awal dan akhir di hidup gue. Awal jadi anak kelas 12 yang dikit lagi UN, awal semua migrain dan keluhan capek, awal kegilaan dan adaptasi. August wasn't intentionally easy for me. In fact, it was painstakingly hard that I thought at some moment or another I'd reach the point where I would break down to pieces.

It didn't happen, though. Semuanya baik-baik aja sampe sekarang. Kalo nggak, mungkin gue nggak akan nulis blog penuh bunga ini. Just like this legendary quote someone always assures me to believe, "Everything will be okay in the end. If it's not okay, then it's not the end."

Terlalu banyak yang terjadi di bulan Agustus sampai gue sendiri bingung mau nulis dari mana. Awal masuk sekolah setelah hampir dua bulan (libur akhir semester+libur lebaran) leha-leha di rumah. Begitu masuk, BOOM, langsung dihajar tugas-tugas. Guru-guru pada tancep gas. Temen-temen gue kocar-kacir cari tempat bimbel meanwhile gue masih labil mau ikut bimbel atau nggak.

Hari pertama masuk aja gue udah dikasih kejutan. Tahun lalu, kelas tiga nggak diacak muridnya, jadi masih sama kayak kelas dua. Jadilah gue ngaso dan santai-santai aja. Nggak taunya diacak. Adaptasi sama kelas baru, sama suasana dan temen-temen baru. Not especially easy for me yang udah sangat betah dan klop di XIS-1. Everything's okay in the end, tetep. I make friends and the process somewhat is really fun, since I enjoy meeting new people.

Adaptasi juga sama guru-gurunya, dan jujur, yang ini gue lumayan jet lag. Hampir semua guru gue diganti, guru-guru kelas dua kesayangan gue yang santai selalu:') Dan sekarang, I gotta deal with guru yang hampir selalu ngasih tugas tiap pertemuan. Sehari bisa ada enam tugas yang ngabisin berlembar-lembar folio. Tau sih, maksudnya biar kami belajar soalnya udah deket UN, tapi lumayan babak belur juga. Jangankan buat main, deh, buat napas atau nyantai aja kadang susah cari celah.

Ngerti kan, kenapa sekarang gue jarang update blog? Menuntaskan tulisan wajib gue yang mungkin bisa di-publish secara cetak aja jarang banget ada waktu:')

Agustus juga jadi awal mula bagi ekskul baru gue, PMR 70. Sebenernya dulu udah ada PMR, cuma entah benang merahnya putus di mana, ekskul itu sempet mati suri, dan yang membangun adalah gue, Tyas, Lisa, Fianu, Raka, Winona, Zakky, Ulva, Wina, Trisna, Candrika, Aul, Zikra, Ayu, Nisa, Hana, Sofi. Hafal kan gue 17-nya yay! We're a new family, guys:') The struggle, again, wasn't the easiest one either. Kita berulang kali debat, ketemuan pas lagi liburan buat bahas proposal, nyerahin proposal, disuruh revisi, bikin lagi, debat lagi, begitu siklusnya. Sampe akhirnya kunci ruang PMR ada di tangan lagi... rasanya tuh, wah, nggak sia-sia perjuangan. Anyway, gue di sini sebagai sekretaris (lagi), yang job description sehari-harinya pacaran sama laptop dan kertas dan printer.

Agustus juga officially menjadi garis start perjuangan tim produksi Ayu, pentas Teater 70 yang bakal diadain tanggal 15 September 2014 di GJRS Bulungan nanti. Gue sama temen sehidup tapi tidak sejomblo gue, Tyas, kelimpungan nyari properti, dan berhubung gue juga sekretaris di Teater70, things ain't that simple karena kerjaan gue makin banyak. Biar kata kami nggak baru-baru ini terjun ke bisnis(?) properti itu, tapi jadi challenge tersendiri bikoz kami bener-bener ngelakuin semuanya sendiri tanpa bantuan alumni. Nggak papalah, udah terlatih tangan ini sejak ngapus lukisan di kain plastik segede layar bioskop pake kerikan waktu Mimesasiso ya, Yas:') Ayo lanjutkan perjuangan.

I also say hello untuk bimbel baru gue, BTA 70 yang ngambil kelas hari Sabtu di sekolah. Tadinya mau GO sih cuma nggak dapet kelas Senin-Rabu jadi ya sudahlah:') Hari pertama bimbel, gue mesti diseret dari tempat tidur sampe mewek sama nyokap saking capeknya. Mana placement test-nya susah banget pula-_- Gue yakin nilai gue bukan nol lagi, tapi minus.

I still join my French class in Institut Français d'Indonésie, setiap Selasa dan Kamis jam 5 sore, yang bikin badan makin ngerentek, dan guru gue tersayang yang udah biasa ghe curhatin pun ganti jadi guru alumni 70 yang nggak mau pake bahasa Indonesia kalo ngajar dan parahnya, bisa baca pikiran orang. Creepy banget nggak sih? Gue mesti ngejar semua ketertinggalan gue soalnya frankly, dengan jadwal padat gue rada keteteran dan nggak nyempetin diri praktikin Prancis, padahal gue udah level B1. Udah intermediate.

When there's hello, there's goodbye, and I waved mine to kursus bahasa Inggris gue di ILP. Padahal tinggal 5 level, 10 bulan lagi menuju Proficiency, level final di ILP. Rasanya rada gimanaaa gitu, udah tiga tahun setiap Senin-Rabu selalu ke sana, sekarang harus pulang. Kadang nongkrong dulu sih di Sevel seberang, sekadar mengenang kejayaan masa lalu. Nggak bisa tenang dan harus cepat-cepat pulang juga, secara gue punya setumpuk PR dan too many memories I couldn't rewind without getting teary-eyed.

The second goodbye went to my beloved, tapi yang ini nggak usah diceritain, ya. I still love you even that we don't talk anymore and that's all you need to know, pal.

Sapaan ke hal-hal jelek dan perpisahan ke hal-hal indah lumayan bikin gue frustasi. Agustus mungkin adalah bulan di mana gue paling sering bangun tidur dengan mata bengkak kek kena baking powder. Namun segalanya berubah saat negara api menyerang, eh, saat ada mention di twitter yang bilang kalo buku kesembilan gue bakal diterbitin! Selasa dua minggu lalu, ah I remember it all too well. The news felt like fresh breeze, right when I thought I'd die from despair.

Last July, I also got a boy kitten who I named Chico. Nggak usah ditanya lah dapet dari mana, lukanya masih baru nih, belom sembuh bener. Nah, now you get an idea.

Sebenernya namanya Chico Oreo Adhitama, cuma nggak tau kenapa nyokap gue manggilnya Chico Choc (baca: Cikocok) dengan logat sangat Betawi. Semua orang manggil doi gitu, deh.

Things got brighter and brighter since then. Hari-hari gue lumayan cerah dan gue udah mulai menyesuaikan diri dengan ritme kehidupan baru gue. Mau nangis melulu mbok ya capek, mending ikhlas dan jalanin aja. I suppose that perjuangan gue belum ada apa-apanya. Masih newbie banget.

Jalan masih panjang di depan. Masih bakal banyak air mata dan keringat yang harus gue simpen sebagai stok.

Hail and farewell, August. Thanks for teaching me experiences and being nice.

Hello, September. Hope you can put up with me:)