vendredi 21 juin 2013

Don't Ask That But Ask....

Gue tergerak buat ngepost kayak begini setelah ngeliat video YouTube, kakak beradik entertainer Indonesia yang demen nyanyi. Di video itu, mereka nge-cover lagunya Katy Perry. Nggak, yang jadi masalah bukan lagunya. Suara mereka bagus, kok. Sayangnya, di video itu mereka full ngomong bahasa Inggris, di awal-awal perkenalan pun. Padahal pas gue stalk lebih lanjut, mereka gaada tuh nenek moyang bangsa barat. Dan gue pun mikir, kalo warganya sendiri aja ogah ngomong bahasa Indonesia, gimana yang di luar sana?

Sumpah, gue nggak bermaksud mencaci mereka cuma karena mereka ngomong bahasa Inggris, sih. Gue sendiri juga sering ngebacot di twitter pake tuh bahasa. I mean, harus secinta itukah pada sang bahasa internasional, sampe-sampe di rumah pun mereka cang-cing-cung emoh pake bahasa ibu sendiri?

Gue tau globalisasi menuntut kita buat lebih open-minded. Apa-apa ngomongnya pake bahasa Inggris. Bio twitter bahasa Indonesia dianggap ketinggalan jaman. And I don't blame it, we can do nothing but deal with it. Hanya, gue ngerasa gue krisis identitas. Siapa sih gue? Darah apa yang mengalir dalam badan gue?

Di kejadian lain, following gue yang KPoper akut ngetweet panjang lebar soal Korea, memuja dan memuji dan berujung pada: KENAPA INDONESIA GABISA KAYAK KOREA? Itu pemikiran yang bagus, sih. Kadang, kita memang mesti ngeliat ke atas biar bisa maju dan "naik pangkat". Tapi karena mata gue gatel ngeliat kicauannya, gue DM doi, "Hai Dek, kenapa ga pindah aja ke Korea sekalian?"

Terus gue block tuh account. Selesai.

Gue sih bukannya munafik atau sok tua ya. Di sini gue netral. Tapi kalo lo kebanyakan ngeluh, kebanyakan bacot mengiblat negara lain tanpa ngelakuin sesuatu yang bisa bikin Indonesia semaju negara yang lo sembah itu, does it make sense? Orang-orang mengeluh di mana-mana; "Indonesia macet," atau, "Kapan sih pemerintahan Indonesia bener?" Tweet sindiran yang bikin kuping panas seandainya mereka punya suara pun berjejer di timeline. Tapi, let's muse, mereka ga berusaha belajar dan berusaha agar bisa jadi pemerintah masa depan yang lebih baik. Kerjaannya cuma ngeluh, nuntut. Padahal emang lo kira oksigen yang lo hirup kiriman dari Madagaskar, ya? Oksigen yang lo hirup sekarang berasal dari Indonesia, man.

Post yang satu ini juga disponsori oleh pengalaman nggak terlupakan gue di gedung DPR, tanggal 19-20 Mei lalu. Gue ikut lomba cipta dan baca puisi bertema Empat Pilar di sana, bareng Abary yang kategori cowok. Selama dua hari gue latihan sama Bu Zaitun dan Pak Yusup. Vokal gue jelek dan gue ga punya kemampuan mentereng soal berpuisi, tapi salah satu guru yang ngedenger gue latihan bilang, "Indonesia perlu anak muda macam kamu, Nak."

DEG.

Tiba-tiba gue ngerasa guilty. Gue merasa bukan seperti gue yang membacakan puisi itu. Echa yang ngebacain puisi itu optimis dengan negaranya, cerdas dan tahu soal Empat Pilar. Echa yang ono nggak tahu apa itu Empat Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara sebelom baca petunjuk lomba.

But we went ahead. Tanggal 19 Mei, gue sama Abary, Kak Dhimas, dan Pak Yusup ke gedung DPR buat lomba. Gur cewek sendiri di antara mereka, dan peserta lain pada bawa suporter. Gue? Kerudung gue lecek gara-gara belom diseterika. Tapi segalanya berubah sejak negara api menyerang (coret yang tadi) sejak Abary nyanyi dan Kak Dhimas nggenjreng gitar buat backsound puisi gue, Tanah Air Beta. Rasanya gue kepancing. Di bagian lirik, "Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata," gue sadar apa arti Indonesia bagi gue. Mungkin ga semakmur Amerika atau Inggris, ga sekaya Jepang atau Korea. Tapi seburuk apapun, di tanah ini kaki gue menjejak, di tanah ini gue mendapat pasukan oksigen.

Jangan salahkan mereka yang lo anggap ga becus mengurus Indonesia. Udah berlalu gitu, mau lo apain? Satu quotes favorit yang gue dapet dari buku Travellous karya Andrei Budiman which goes like, "Kamu enggak perlu berjuang sampai mati untuk mengharumkan nama negara." And I totally agree with that.

Tunjukkan apa yang lo bisa itu juga udah bukti kecintaan lo sama Indonesia.

"Ask not what your country can do for you; ask what you can do for your country."
-John. F. Kennedy.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire