vendredi 16 décembre 2011

Flawless First Date

Jarum panjang berada di angka tiga, dan jarum pendek berada di antara angka tiga dan empat, sedangkan jarum merah yang geraknya paling cepat menimbulkan bunyi krik-krik mengganggu. Pukul tiga lewat lima belas pas, yah, kira-kira lewat dua menitan lah, dari pas Keira terakhir kali menengok ke arah jam.

Dengan khawatir ia bercermin, memastikan kalau lip gloss tipis yang tadi dipoleskan kakaknya nggak luntur atau belepotan. Agak gerah, lagi-lagi ia menengok pada kakaknya di belakangnya, yang sedang telungkup santai dengan sebuah majalah di tangan.

"Zi, ini kapan kelar sih rambut gue?" gerutu Keira, meraba rambutnya yang di-roll dengan risih.

"Ya ampun Kei, kira-kira udah sejuta kali ya, lo nanyain gue hari ini!" Kezia mengeluh, melirik jam. "Lima menit lagi, lah, nanti kita beresin. Jadinya kan awet gitu sampe ntar malem. Oh iya, menurut gue mendingan lo bawa sisir deh, biar nggak acak-acakan nanti. Terus, satu lagi, kalo nanti makan, jangan meper di terusan gue! Mahal tuh, baru gue beli bulan lalu pula. Awas aja kalo noda," Kezia mengancam dengan nada sengit.

"Ih..." Keira memandang kakaknya frustasi, kemudian kembali memfokuskan diri ke cermin. Lima belas menit lagi Arjuna datang, dan sekarang Keira dibikin ribet oleh segala pemikiran tentang apa yang akan ia ucapkan begitu Arjuna datang nanti.

Mungkin, "Thanks ya, Jun," atau nggak, "Makasih, kamu on time banget, ya?". Kezia membuat Keira kelojotan tadi malam dengan mengusulkan, "Aku cantik nggak, Jun?" sebagai ucapan pertama Keira saat mereka bertemu nanti.

Semoga gue nggak over, batin Keira khawatir. Kalo dia tampil segini beda dan "wow"-nya, tapi kalo tau-tau Arjuna tampil biasa-biasa aja, mau ditaro di mana muka Keira? Nanti ketahuan lagi, kalau dia seneng banget, girang, plus nervous karena belom pernah nge-date sebelumnya. Aduh, plis deh Keira, ini Arjuna! Jangan sampe lo bikin malu, ancam Keira pada dirinya sendiri.

Terbayang di ingatannya seminggu yang lalu, ketika Arjuna, kakak kelasnya yang juga menjadi OSIS yang nge-MOS dia beberapa bulan lalu, datang ke kelasnya dengan seikat aster, terus nembak dia di depan majelis. Karena terlalu beku, Keira hampir pingsan dan nggak bisa melihat betapa pucat muka cewek-cewek pemuja Arjuna di kelasnya. Mereka cakep-cakep, eksis-eksis, masa kalah sama dia yang "biasa-biasa aja" dengan style tomboi dan rambut nggak pernah diurai?

Masalahnya, Arjuna bisa dibilang salah satu cowok terkece, terpopuler, ter-cool, dan masih banyak lagi ter-ter lainnya dalam hal positif. Dia adalah vokalis band sekolah dan pinter juga main basket, dan ada juga nilai PLUS mengingat dia salah satu petinggi OSIS dan pinter Fisika dan Bahasa Inggris. Selain seminggu di-MOS sama Arjuna, Keira juga pernah sekali ketemu tuh cowok, pas dia lagi tanding basket, dan Keira lomba atletik. Di sekolah, dia memang ikut ekskul atletik, dan selalu jadi pahlawan bagi timnya. Keira nyaris tak terkalahkan. Dan lagi, dia juga ikut ekskul taekwondo. Itu salah satu hobinya sejak kecil.

Lalu dua hari lalu, saat Keira baru balik dari perpus untuk minjem buku--dia anggota perpus, terus ketemu Arjuna yang baru balik dari rapat OSIS, saat itu juga Arjuna menariknya, mengajaknya buat out hari Sabtu, HARI INI! Karena mata tuh cowok udah nyirep banget, Keira ngangguk aja, dan baru sadar apa yang diperbuatnya begitu tiba di rumah. Sekarang kakaknya, Kezia, jadi mesti campur tangan juga. Karena seumur hidupnya, Keira nggak pernah bergaul dengan alat-alat kosmetika.

TINTIN....

Lamunan Keira tersentak, dan buru-buru ia ke balkon. Di depan rumahnya ada Mazda putih berkilau, yang Keira kenal betul, dan seorang cowok berjaket hitam keluar dari depan pintu. Spontan ia menjerit, kemudian masuk kembali ke kamar, dan membangunkan Kezia.

"KEZ! ARJUNA UDAH DATENG!" teriaknya panik, mengguncang badan kakaknya. Megap-megap, Kezia langsung menarik Keira ke depan cermin, dan sebisa mungkin melepas roll rambutnya, kemudian menyisirnya. Setelah selesai, buru-buru Keira mengambil sepatu Warrior belelnya, kemudian turun ke bawah.

Di bawah, dilihatnya Arjuna duduk sopan di sofa, dengan gaya mirip cover boy di majalah-majalah. Ya ampun, ganteng bangetttt. Berusaha bersikap biasa-biasa aja dan nggak norak, ia tersenyum, kemudian menyapa Arjuna.

"Eh, Kak, udah dateng. Gue... eh, aku lama, ya, maaf," gumamnya, lalu dengan kikuk duduk di hadapan Arjuna. Cowok itu tersenyum, mengangkat alisnya, membuatnya kelihatan jenaka tapi makin kece.

"Nggak pa-pa, santai aja, Kei. Yuk, kayaknya mobil aku udah panas, deh."

Keira mengangguk, kemudian bangkit, dan mengekor Arjuna yang masuk duluan ke mobilnya. Dengan ragu dibukanya pintu Mazda Arjuna, kemudian masuk. Arjuna sudah akan menyetir ketika tiba-tiba Kezia keluar dari rumah, berteriak-teriak.

"KEEEI! SEPATU LO!"

Spontan Keira langsung keluar dari mobil sebelum Arjuna bisa melihat tampilan sepatunya yang mengundang hawa tak menyenangkan, lalu menggantinya dengan high heels Mama yang Kezia ambil diam-diam semalam. Sambil tersenyum malu, ia masuk lagi ke mobil Arjuna.

Sialan, baru mulai aja gue udah kena sial, ringis Keira dalam hati.

Kemarin Keira nggak sempat nanya mereka mau ke mana, dan sepanjang jalan juga dia diam aja walau sesekali Arjuna ngajak ngobrol. Belum lagi high heels yang dipakainya begitu terasa ngepas dan bikin nyeri. Keira berdoa semoga aja nggak lama.

"Nah, sampe!" tandas Arjuna ringan, kemudian menoleh ke Keira. "Turun, yuk."


Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire