dimanche 22 janvier 2012

Wah, Belajar Bahasa Asing Bikin Orang Lebih Pintar!

Bagi kebanyakan orang, belajar bahasa asing tuh ribet, menuh-menuhin otak, atau nggak… kayak nggak ada pelajaran yang lebih penting aja. Padahal, di era global ini kita dituntut untuk menguasai bahasa lain selain Bahasa Inggris dan Indonesia–pastinya. Dengan menguasai berbagai bahasa, lapangan pekerjaan untuk kita meluas dan apa yang kita pelajarin nggak monoton.

Believe it or not, belajar bahasa asing bisa bikin orang lebih pinter, loh. Akademisi dari Universitas Newcastle dan Universitas York, Inggris, mendukung anggapan yang mengatakan bahwa belajar bahasa membuat seseorang menjadi lebih pintar dengan dasar ilmiah yang kuat.

Bahasa yang berbeda mewakili makna yang berbeda. Contohnya, dalam Bahasa Inggris blue itu biru, dan dalam Bahasa Italia, biru itu celeste (biru muda) dan blu (biru tua). Jadi ketika seseorang yang biasa bicara Bahasa Inggris mempelajari Bahasa Italia, dia harus belajar untuk berpikir tentang warna yang berbeda untuk menggunakan kata yang benar.

“Kami sudah tahu bahwa mempelajari bahasa lain meningkatkan pengetahuan juga tentang bahasa ibu kita, dan penelitian juga sudah membuktikan bahwa mempelajai bahasa lain memiliki efek positif pada otak,” ujar Profesor Vivian Cook dari Newcastle University, dikutip dari Medialxpress.com. “Anak-anak muda saat ini berpendapat bahwa menguasai dua bahasa dapat menunda timbulnya kepikunan ketika sudah tua,” beliau melanjutkan.

Para peneliti ingin mengambil langkah lebih lanjut untuk melihat apakah menguasai dua bahasa bisa menjadi semacam bentuk latihan pikiran. Berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa mempelajari dua bahasa tidak secara langsung mengubah cara seseorang melihat dunia. Efek positif menguasai bahasa baru menyebabkan seseorang merangkul konsep baru yang tak terwakili bahasa ibu.

“Jika saya meminta Anda untuk memikirkan makan siang, Anda mungkin akan berpikir tentang sebuah sandwich dengan keripik. Jika saya bertanya kepada orang Italia untuk memikirkan pranzo (makan siang), dia akan memikirkan hidangan pasta, daging, dan sayuran,” tutur Dr. Benedetta Basseti dari University of York.

“Ada banyak bukti penelitian yang membenarkan bahwa orang yang menguasai dua bahasa berpikir dengan menggabungkan dua pandangan yang mewakili dua bahasa yang mereka kuasai. Tapi kadang mereka juga membuat konsep baru yang tidak datang dari salah satu bahasa itu,” ujar Profesor Cook.

Di era 70-an, peneliti menemukan bahwa anak-anak yang berbicara dengan Bahasa Inggris beranggapan bahwa waktu berjalan dari kiri ke kanan, dan anak-anak Arab berpikir sebaliknya, dan yang mempelajari Bahasa Inggris kemudian tahu bahwa dua-duanya benar.

Profesor Cook menemukan bahwa orang Italia menganggap rubah lebih cantik dan lembut, sedangkan orang Jerman menganggap tikus yang lebih cantik yang lembut (menurut kalian cantikan mana?). Hal ini terjadi karena rubah dalam konjugasi Bahasa Italia bersifat feminin dan dalam Bahasa Jerman bersifat maskulin. Sedangkan tiks, dalam Bahasa Italia ia bersifat maskulin sedangkan dalam Bahasa Jerman feminin. Mereka yang menguasai kedua bahasa tersebut tidak akan bingung sebab persepsi mereka tidak berdasarkan tata bahasa.

sumber: detik.com, dengan perubahan.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire